|
Supratman SSos |
by Supratman SSos.
Ketua RT 02 Kelurahan Jalan Gedang
Wakil Ketua MPC Pemuda Pancasila Kota Bengkulu Bidang Pemuda dan Olahraga
-Kota Bengkulu-
Dalam opini ini, penulis ingin menyampaikan sekaligus bertanya. Intinya kenapa saat Pilkada merupakan musim cari muka?
Sejak merdeka tahun 1945, Indonesia sudah melaksanakan pemilihan umum (Pemilu) sebanyak 10 kali. Mulai dari pemilu pertama di tahun 1955 hingga Pilkada serentak tahun 2017 lalu.
Dengan kata lain, Pemilu tahun 2018 saat ini akan menjadi yang ke-14 dilakukan di Indonesia. Tiga Pemilu terakhir merupakan (Pemilihan Kepala Daerah) Pilkada serentak dengan aturan serta regulasi yang setiap tahunnya berubah. Perubahan dilakukan demi mencapai perbaikan bertahap dari pemilu ke pemilu berikutnya.
Lalu bagaimanakah perjalanan Pemilu di Indonesia, khususnya Pilkada serentak di tahun 2018, dimana pencoblosan akan dilakukan pada tanggal 27 Juni di 171 daerah.
Sejak kita mengenal pemilihan kepala daerah langsung pada tahun 2005 lalu, hingga saat ini sistem demokrasi kita terus mengalami peningkatan dan perbaikan. Hanya saja meskipun peningkatan terjadi dalam hal jumlah partisipasi masyarakat serta lebih efektif dan efisien dari sisi anggaran karena dilaksanakan serentak mendapatkan dana anggaran sharing APBN serta APBD daerah yang melaksanakannya, namun perilaku yang sudah menjadi budaya masyarakat kita semakin kental dengan mengharapkan money politics.
Kemudian disaat kampanye ini muncullah orang-orang pencari muka. Dalam hal ini penulis mendefinisikan ada dua tipe pencari muka .
Pertama tentu para kandidat Paslon serta tim pemenangannya. Kita bahas dulu yang pertama. Sebelum menjadi Paslon atau sebelum mulai tahap kampanye, para kandidat masih ragu untuk turun menemui konstituennya. Akan tetapi ketika sudah ditetapkan menjadi Paslon kemudian masuk masa kampanye seperti sekarang, banyak kandidat yang berubah perilaku dan mencari muka.
Kalau selama ini menoleh saja tidak mau terhadap pengemis ataupun pemulung sampah atau juru parkir. Tapi saat kampanye mendadak Paslon menjadi peduli. Jangankan memperhatikan bahkan kandidat pun rela untuk bersalaman serta turun kelokasi pasar ikan yang becek.
Kemudian saat acara pernikahan, kematian, syukuran tidak sedikit karangan bunga yang terpasang dengan nama kandidat. Pertanyaannya kenapa saat kampanye saja baru melaksanakan dan peduli? Kenapa tidak jauh hari sebelumnya, jadi cari muka yang dilakukan tidak terkesan instan atau sekedar pencitraan. Akan tetapi warga masyarakat kita sudah paham mana yang cari muka mana yang memang tulus peduli.
Kedua, cari muka masyarakat terhadap Paslon. Kalau selama ini masyarakat tidak begitu peduli dengan sosok tokoh masyarakat di lingkungannya, tapi karena tokoh masyarakat tersebut ditetapkan menjadi kandidat calon maka masyarakat tersebut cenderung cari muka karena ingin merasa lebih dekat ataupun sekedar mendapatkan perhatian kandidat dengan harapan direkrut menjadi tim sukses. Mungkin itulah sedikit opini, definisi penulis terkait cari muka musim kampanye.
Terimakasih dan mohon maaf bila ada kata - kata yang kurang tepat dalam opini ini.